Sa'di Al-Syrazi Penyair Besar dari Persia

Sa'di Al-Syrazi termasuk salah seorang dari tiga penyair besar Persia yang mendapat julukan " tiga nabi " puisi Persia, yaitu Sa'di, Firdawasi dan Hafizh. Hari kelahirannya sampai saat ini masih menjadi perdebatan diantara para sejarawan. Menurut sebagian besar dari mereka, Sa'di dilahirkan di Syraz pada sekitar tahun 1184 Masehi, dan wafat ketika melebihi usia 100 tahun sekitar tahun 1291 Masehi. Ayahnya meninggal ketika Sa'di masih sangat muda, sehingga iapun "dititipkan" kepada Atabek Saad bin Zangi.

Orang tua Sa'di berperan banyak dalam pendidikannya dan menempa wataknya, oleh Atabek Saad bin Zangi ia dikirim ke Baghdad untuk belajar di Universitas Nizamiah. Di sini ia menerima pendidikan dari Ibnu Jauzi. Kemudian ia juga melakukan pengembangan ke dunia Islam yang luas, mulai dari India Timur di bagian Timur, hingga ke Syria dan Hejaz di bagian Barat. Dia terkenal dengan Manzhumah-nya yang berjudul Bustan, Buku yang menggabungkan antara syair dan prosa yang berjudul Gulistan dan Diwan yang berisi kasidah kasidah berbahasa Persia dan Arab; selain karya Prosanya al-Majalis al-Khamsah, Nashihah al-Muluk dan Risalah al-Aqliba al-'Isyq. Kesan pertama ketika membaca syairnya adalah kegembiraan yang menjadikan namanya terkait dengan pesan ini. Nama Sa'di dinisbatkan Al-Sa'd, watak periang yang ada dalam diri seseorang. Suatu kekuatan menolak kesengsaraan, dan yang dapat merasakan keriangan hidup ini.
Sa'di sangat bertolak belakang dengan penyair Inggris, Byron Salib, mempengaruhi dirinya untuk menghilangkan watak kedaerahan dalam tulisan tulisannya. Dalam tulisannya tidak tampak bentuk dan watak kedaerahannya. Sebaliknya yang tampak adalah Sa'di yang mendunia. Walaupun dia cukup lama terlena dengan kecantikan kota Syraz  ( kota yang indah di Persia, tempat kelahirannya ), perasaannya telah melampaui batas batas  kerajaan manusia. Ia juga senang merawat tanaman, binatang serangga dan burung
Janganlah kau injak semut yang mengumpulkan butir-butir emas, 
Dia hidup bahagia,
Dan jangan bunuh ia dengan kesakitan,
Belajarlah dari semut, yang berusaha dengan kegigihan dan keuletan .
Sa'di memiliki kelebihan yang luar biasa dalam Sastra Persia. Sebelumnya Ghazal menempati urutan kedua bentuk syair yag digunakan para penyair dan kurang begitu ia perhatikan. Setelah menulis al-Bustan dan Gulitan, ia kemudian mencurahkan perhatiaanya kepada ghazal. Syairnya yang berbentuk ghazal mengandung berbagai muatan makna yang mungkin bisa dilihat dari segi lahiriahnya, atau kandungan makna sufinya. Sa'di telah melampaui para penyair lainnya, seperti Ibnu al-Faridh dan Ibnu Arabi. Kesuksesan Sa'di dalam bidang syair ini menjadi pembuka jalan bagi bentuk syair Persia untuk mengambil bentuk seperti yang dibuatnya. Dia juga membentangkan jalan untuk penyair yang lebih besar darinya, yaitu Hafizh al-Syrazi.
Sa'di yang hidup lebih sari satu abad, telah menyaksikan berbagai peristiwa penting dalam ummat Islam, seperti Perang Salib, penjarahan tentara Moghul, dan penghancuran kota Baghdad sebagai ibukota kekhalifahan. Ia bahkan ikut serta dalam Perang Salib, lalu ditebus oleh salah seorang pemimpin Aleppo, akhirnya ia mengucilkan diri dari dunia. Ia membangun rumah kecil untuk dirinya sendiri di dalam taman yang indah di ujung sebuah sungai. Di sana ia pernah dikunjungi Ibnu Bathuthah, sang pengembara yang menulis tentang dirinya
Sa'di bermazhab Sunni. Tidak ada seorangpun diantara Syi'ah fanatik di Syraz tergerak untuk membangun makamnya selama beratus ratus tahun, sampai akhirnya datang generasi yang lebih moderat, dan lebih menghormati penyair, lalu dibangunlah bangunan indah yang berdiri hingga saat ini. Bangunan itu banyak dikunjungi oleh orang orang Iran dan para pelancong dari luar negeri

Demikianlah artikel tentang Sa'di al-Syrazi, salah seorang tokoh seniman muslim bersejarah dari Persia. Semoga bermanfaat

0 komentar

Post a Comment