Dalam perjanjian ini juga Pangeran Mangkubumi diakui menjadi raja atas setengah daerah pedalaman Kerajaan Jawa dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alaga Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Adapaun daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram ( Yogyakarta ) Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede, serta ditambah daerah mancanegara yaitu, Madiun, Magetan, Cirebon, separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwo, Wonosari dan Grobogan.
Setelah selesai perjanjian pembagian daerah itu, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera mengeluarkan sebuah ketetapan yang diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755. Ketetapan itu menyatakan bahwa daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta ( Yogyakarta, sekarang )
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di hutan beringin. Kawasan hutan beringin itu terletak di antara sungai Winogo dan sungai Code, di mana lokasi tersebut tampak strategis sebagai segi pertahanan kemanan pada waktu itu.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dari pusat pemerintahan adalah sebuah desa kecil bernama Pachetokan. Di desa ini terdapat suatu pesanggrahan yang diberi nama Garjitowati yang dibuat oleh Susuhunan Pakubuwono II dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat untuk membabat hutan tadi untuk mendirikan keraton.
Sebelum keraton itu berdiri, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati Pesanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang juga tengah dibangun. Pesanggrahan tersebut resminya ditempati pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah sultan selalu mengawasi dan mengatur pembangunan keraton yang sedang dikerjakan.
Pada tanggal 7 Oktober 1756, Sultan Hamengku Buwono I memasuki istana baru sekaligus melakukan peresmiannya. Dengan demikian berdirilah kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya adalah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono I untuk berpindah menetap di keraton yang baru.
Pendirian kota yang dirancang sebagai kota istana kerajaan atau Kuthanegara atau Negari itu dilakukan berdasarkan tradisi jawa, yaitu dengan membuka hutan atau dalam bahasa jawa disebut babad alas. DI atas lahan terbuka itulah kemudian pendiri kota membangun istana sebagai pusat pemerintahan kerajaan dan sekaligus pusat pemukiman masyarakat di sekitar kerajaan.
Selain membangun bangunan keraton, dibangun juga sebuah alun alun di bagian utara dan selatan keraton, tembok benteng yang mengelilingi istana, bangunan taman safari, dan sebuah tugu yang didirikan di bagian utara keraton.
Berdasarkan tradisi jawa, kota istana Yogyakarta itu kemudian ditempatkan sebagai ibukota negara kerajaan dan menjadi pusat pemerintahan dan politik bagi wilayah kerajaannya dengan sebutan Negara Agung ( Pusat Negara )
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny