KOTA BERSEJARAH KYOTO, Jepang

Kyoto merupakan kota besar bersejarah di dunia yang juga merupakan kota terbesar ke-4 yang ada di Jepang. Kota ini pernah menjadi ibukota Negara Jepang selama 1000 tahun ( antara tahun 794 hingga tahun 1868 ). Didirikan sebagai Heian-kyo ( Ibukota perdamaian dan ketenangan ) oleh kaisar Kammu. Jumlah penduduk kota Kyoto kini berkisar sekitar 1,5 juta jiwa. Kyoto dihormati sebagai salah satu pusat kebudayaan dan kerajinan tradisional di Jepang. Kota ini juga merupakan pusat Budhisme di negeri Sakura ini dengan 1660 kuil Buddha. Selain itu, kota ini merupakan tempat penting bagi agama Shinto dengan lebih dari 400 kuil Shinto.
Industri utama di kota Kyoto selama berabad abad adalah penenunan Sutera, sementara distrik Fushiminya menghasilkan sebagian dari sake ( anggur beras ) terbaik di Jepang. Kota ini dikenal sebagai tempat lahirnya dari drama tradisional Jepang. Hingga kini masih terdapat panggung panggung yang mementaskan permainan No asli, dan musim kabuki di negara matahari terbit itu, mirip dengan musim opera di Amerika, dimulai dengan pertunjukan pembuka yang dilaksanakan setiap tahun di Minamiza.
Kota Kyoto terletak di antara sungai Katsura dan Kamo di pulau honshu. Kaisar Kammu merancang Heian-kyo di dalam sebuah ceruk bukit bukit dan pegunungan berdasarkan gagasan Cina bahwa sebuah kota harus dilindungi pada sudut sudut utaranya, di mana roh roh jahat dapat mencari jalan masuk.
Di antara warisan arsitektur purba berharga yang berada di kota Kyoto terdapat di Istana Kerajaan Kyoto dan Kastil Nijo. Keduanya dikelilingi oleh taman taman yang indah, Paviliyun Emas yang luar biasa ( yang setelah dibakar dengan sengaja oleh seorang mahasiswa remaja di tahun 1950, dibangun kembali tepat sebagaimana bentuk aslinya ), serta Paviliyun Perak yang dibangun dengan alasan minat para shogun Ashikaga terhadap Zen.
Dinasti shogun Tokugawa memindahkan pusat perpolitikan ke kota Edo ( Tokyo ) pada abad ke-17. Istana kekaisaran tetap menjadi pusat kekuasaan di kota itu hingga kedatangan Matthew Perry dan jatuhnya Tokugawa di tahun 1853. Kyoto kembali lagi menjadi pusat perpolitikan, sampai Kaisar Meiji yang masih muda menetapkan untuk berdiam di ibukota baru, yaitu Tokyo. Bahkan tanpa kekuasaan poltikpun, Kyoto tetaplah bernilai bagi orang Jepang sehingga para penduduk Jepang berusaha mengunjungi kota ini setidaknya sekali dalam seumur hidup mereka

0 komentar

Post a Comment